Sahabat Muhammad Fajar Djulhijan; Calon Ketua PKC PMII Malut
Muhammad Fajar Djulhijan atau sering disapa sahabat Fajar, adalah salah satu kader yang ber PMII semenjak duduk di bangku SMK N 2 Kota Ternate. Setelah lulus di tahun 2016, ia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Universitas Khairun Ternate Fakultas Pertanian Program Studi Ilmu Tanah.
Kampus dua Unkhair kala itu belum memiliki banyak kader PMII, maka sahabat Fajar diharapkan mampu menggalang calon sahabat-sahabat baru, Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) perdana berhasil dibuka. Salah satu senior yang hadir memberikan materi agitasi dan propaganda gerakan mahasiswa di waktu itu adalah Muhajirin Bailusy yang menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Ternate.
Dengan potensi basis yang telah memenuhi syarat, maka di tahun 2018, Fajar dilantik menjadi ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Pertanian.
Jejak pengkaderan di PMII tidak hanya berakhir di tingkat Mapaba, tahun 2019 ia melanjutkan Pendidikan Kader Dasar (PKD) yang diselenggarakan oleh Pengurus cabang (Pc) PMII Halmahera Utara (Halut) yang berlokasi di Alkhairaat Tobelo. Setelah itu, di tahun 2022, PKC di masa kepemimpinan Wahida Abdurrahim, dengan dibukanya Pendidikan Kader Lanjutan (PKL) Fajar juga terlibat menjadi salah satu pesertanya.
Pada Tahun 2022, Pc PMII Ternate menghadapi Konferensi Cabang (Konfercab) Fajar Mengajukan diri sebagai salah satu bakal calon yang berhasil meraih rekomendasi terbanyak. Diantaranya, Komisariat Stkip, Komisariat Ummu, Komisariat Unkhair, dan IAIN . Selain itu sejumlah rayon dibawah komisariat mempertegas sikap dukungan mereka untuk mengharapkan kepemimpinan yang lebih baik, satu persatu mulai berdatangan, mulai dari rekomendasi rayon teknik, pertanian, perikanan, Fisip Ummu, Teknik Ummu, FKIP, dan ada beberapa rayon dari Komisariat IAIN lainnya kurang lebih 11 rekomendasi jika ditotalkan.
Sementara, Irwan E Latumetan, sebagai rival politiknya kala itu hanya mengatongi beberapa rekomendasi, dari Rayon Ekonomi, Sastra, Hukum, dan beberapa yang ada di IAIN.
Flayer Ucapan Selamat kepada Sahabat Fajar dari berbagai organisasi bertebaran di media sosial menanti harapan kepemimpinan PMII yang dapat menyatukan dengan arah kawan-kawan seperjuangan kala itu.
Namun harapan menang itu ia tinggalkan dan lebih memilih mundur sehingga memberikan peluang kepada lawannya. Alasannya sederhana, tidak mau memperpanjang konflik internal yang melibatkan banyak pihak dan lebih memilih mengurus kaderisasi di luar struktur.
Masa kepemimpinan Irwan, PMII mengalami degradasi, arah dan kiprah PMII hilang kompas. Sahabat Fajar di hubungi oleh beberapa komisariat untuk mencari formula kaderisasi yang pas. Di tengah situasi Mahasiswa menghadapi gelombang program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ia tawarkan kepada sahabat-sahabat agar mengatur langkah kembali ke kampus. Menurutnya perubahan apapun butuh masa, maka tinggalkan istilah PMII tidak membutuhkan kuantitas tapi yang berkualitas.
Oleh karena itu, ia mengubah cara pandang sahabat-sahabat yang termakan lama dengan istilah tersebut, menurutnya PMII membutuhkan kualitas kader yang sama banyaknya dengan kuantitas.
Hal ini dilakukan sebagai upaya menghadapi tekanan Mahasiswa yang kian lama mencair dengan suasana kampus tanpa lagi berproses di organisasi ekstra. Situasi yang kian mundur itu, ia tawarkan beberapa metode sebagai perekrutan keanggotaan baru, dan bila perlu menyusun kembali kerangka paradigma yang dipakai buat sementara, Ia menamainya Paradigma berbasis akademik.
Garis besar Paradigma ini sebagai metode pengkaderan yang harus diberlakukan oleh setiap rayon PMII. Harapan besarnya ketertarikan Mahasiswa yang bergabung dengan PMII bukan hanya dibekali dengan pengetahuan sosial namun dengan penguasaan basik keilmuan pada masing-masing rayon menjadi fondasi utama guna mempengaruhi anggota baru yang bergabung dengan PMII juga mempertegas sikap keberadaan PMII menjadi rangkaian panjang Mahasiswa agar tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan.
Sementara materi-materi keorganisasian PMII, ditugaskan kepada masing-masing komisariat agar mampu melakukan penggodokan bagi setiap anggota komisariat. Dengan tawaran tersebut, ia mendapatkan respon dari berbagai sahabat-sahabat untuk mempraktekkannya, dan hingga saat ini sebagian haluan dan garis besar kaderisasi PMII di tingkat komisariat dirasa masih kurang olehnya itu, ia berharap perlunya membaca situasi terkini untuk menyusun kerangka baru kedepannya nantinya.
Metode yang ia tawarkan diatas bukan berarti PMII bakal meninggalkan garis perjuangannya diluar. Menurut Fajar, situasi hari ini makin kompleks, kalaupun musuh kita adalah kapitalisme maka segala macam instrumen negara dikuasai oleh mereka, tanpa sadar alur pendidikan kehilangan arah, basikal keilmuan yang sebetulnya digunakan untuk pengabdian masyarakat kini mulai berbelok. Karena itu rayon perlunya memfokuskan diri untuk mempelajari dasar minat ilmunya, Komisariat sebagai pelengkap ideologisasi organisasinya.
Dengan begitu, dua harapan besar bisa terkawal mewujudkan jati diri kader PMII, basikal keilmuan dapat menjadi laporan baik bagi keluarga, dan organisasi memiliki nilai tambah untuk mengimplementasikan ilmu yang diperoleh.
Hari ini telah ditetapkan, sahabat Fajar menjadi satu-satunya kandidat tunggal yang siap melanjutkan kepemimpinan Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Maluku Utara.
Ketua Badan Pekerja Konkorcab (BPK) Abdul Haris menjelaskan, Berdasarkan hasil verifikasi berkas bakal calon, BPK menetapkan tidak ada lagi kandidat lain yang mendaftarkan diri setelah di bukan perpanjangan waktu pendaratan. Karena itu tanpa melepaskan Ad/ART maka kami putuskan Sahabat Muhammad Fajar Djulhijan sebagai Calon ketua PKC yang memenuhi syarat” ujar Haris, Minggu, 7 September 2025
“Kalau terkait rekomendasi dari cabang-cabang, berdasarkan berkas yang masuk ke BPK, M. Fajar Djulhijan mengantongi tiga rekomendasi sekaligus. Artinya beliau mendapat legitimasi kuat karena mengantongi tiga rekomendasi Cabang dari enam Cabang dalam lingkup PKC PMII Maluku Utara” tutul Haris




